Sabtu, 13 Juni 2009

KUBUR BATU

KUBUR BATU


Aku menulis kematian Ayahmu

Aku melihat kau di kubur batu itu,
Kubur batu di seberang depan rumahmu

yang ayahmu sesapkan di liang lahat yang hangat

Kau meratapinya,
menggali lagi makamnya dengan ngilu,
dengan sepuluh kuku

(garuk kulit kubur
keruk terus sampai lebur)

Kau koyak tanah dan bumi
seperti Kau akan menghidupkannya kembali
seperti Kau akan meniupkan Ruhnya lagi

sakit dalam badan
jadi makam penziarah yang terdalam
yang Ayahmu diradang pada tubuh lunak tak bergerak
atas tenung yang dikandungnya
yang diregang teluh nyawanya

entah ambang
entah limbang

di kubur batu itu,
kau lafazkan
semacam doa
semacam moksa

(sudahlah)
tadahlah abu Ayahmu itu
buanglah ke perut laut
sampai dibawa hanyut
(dalam kebakaan)

agar menawarkan rindu asinnya air laut,
air maut.


Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar